Pada
beberapa hari yang lalu, penulis telah menghadirkan tulisan dengan judul Museum
Jendral Besar DR. AH. Nasution yang penulis kunjungi pada September lalu dan kali
ini penulis menghadirkan Museum Pengkhianatan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang
terletak di Kompleks Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya Jakarta Timur.
Seperti
yang kita ketahui Jendral Besar AH Nasution atau pak Nas merupakan salah satu dari
tujuh perwira tinggi TNI yang menjadi target penculikan pasukan Cakrabirawa yang
diotaki PKI yang terjadi pada Jumat dinihari 1 Oktober 1965.
Pak Nas
sendiri akhirnya selamat, namun ke-6 perwira tinggi lainnya berikut ajudan pak
Nas yaitu Kapten Pierre Tendean akhirnya menjadi korban kebiadaban PKI yang selanjutnya
jenazah mereka dimasukkan ke dalam sebuah sumur tua yang berada di Lubang Buaya
setelah disiksa terlebih dahulu.
Monumen Pancasila Sakti dan Museum Pengkhianatan
PKI ini dibangun untuk memperingati dan menghormati para perwira yang gugur
dalam mempertahankan Pancasila dari rongrongan komunisme yang dianut PKI, serta
menjadi pengingat bagi semua elemen Republik tercinta ini akan bahaya laten komunisme.
Penulis
sendiri terakhir kali berkunjung ke kompleks ini menjelang bulan Ramadhan lalu
karena ingin bersilaturahmi dengan kakak penulis yang rumahnya hanya berjarak
sepelemparan batu dari lokasi.
Selain adanya Museum
Pengkhianatan PKI, terdapat juga patung para perwira TNI yang menjadi korban
kebiadaban PKI itu yang dibangun tak jauh dari sumur tua tempat dimana mereka
dikubur oleh PKI laknatullah tersebut.
Di dekat
sumur itu, terdapat tulisan yang mengingatkan para pengunjung untuk selalu
waspada akan bahaya laten komunisme.
Kemudian seingat
penulis, terdapat tiga rumah yang masing-masingnya dijadikan sebagai tempat
penyiksaan para perwira TNI, sebagai dapur umum dan satunya lagi barangkali menjadi
tempat para pengkhianat negara itu untuk menyusun strategi.
Di salah
satu rumah yang dijadikan PKI dan Gerwani untuk menyiksa para perwira TNI itu
dibuat diaroma yang memberi gambaran kekejaman PKI.
Tak jauh
dari situ, terdapat sebuah lapangan yang setiap tahun dijadikan sebagai tempat
upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Di dekat lapangan itu, tedapat
sebuah prasasti Pancasila.
Selanjutnya
para pengunjung akan dapat melihat beberapa benda-benda bersejarah seperti
sebuah jip yang dikendarai Mayjen Soeharto ketika itu yang berhasil memimpin
penumpasan Gerakan 30 September atau yang biasa disingkat dengan G-30S/PKI itu,
sebuah mobil dinas berupa sedan yang digunakan Jendral Ahmad Yani yang menjadi
salah satu korban PKI, dan beberapa benda lainnya.
Terakhir adalah
Museum Pengkhianatan PKI yang dibangun cukup megah yang bagian atapnya penulis tampilkan sebagai foto utama tulisan ini. Di sana para pengunjung bisa melihat-lihat diaroma
sejarah PKI di tanah air berikut tulisan-tulisan penting hingga sisa-sisa pasukan
PKI bisa ditaklukkan pasukan TNI di Blitar.
Di museum ini, sejumlah staf siap membantu para
pengunjung untuk memberikan penjelasan dari setiap diaroma yang ada.
Foto: Koleksi Pribadi
Comments
Posting Komentar