Naik Bis Tingkat di Ibu Kota pada Zaman Old & Zaman Now
Penulis tidak tahu persis kapan bis tingkat yang dulu dioperasikan PPD (Peroesahaan Pengangkoetan Djakarta) ini terakhir beroperasi di jalan-jalan ibukota. Seingat penulis, menjelang medio 1990-an, sejumlah bis tersebut, meski dapat dihitung dengan jari tangan, masih berlalu-lalang di sebagian jalanan ibu kota yaitu jurusan Tanjung Priuk – Cililitan dengan nomor trayek 43 dan yang kedua adalah trayek 46 A dengan jurusan Kalideres – Cililitan.
Untuk jurusan yang kedua, penulis
memiliki kisah ‘melegenda’ yang kadang bila mengingatnya jadi suka malu
sendiri. Barangkali sebagian pembaca ada yang menganggapnya sebagai aib.
Di masa penulis masih menjadi siswa SMP dulu, penulis kadang-kadang membolos (istilah familiar masa itu adalah madol)
dan karena tak mungkin pulang ke rumah karena masih jam pelajaran sekolah,
penulis seringkali mencari bis yang melewati rute sejauh mungkin dan itu ada
pada bis tingkat PPD 46 A jurusan Cililitan - Kalideres itu.
Kenapa mesti bis dengan rute
sejauh mungkin? Ya, agar waktunya cepat berjalan. Bayangkan, penulis yang biasanya
naik dari kawasan Wimo Pancoran ini membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk dapat
sampai ke Kalideres, apalagi laju bis tingkat ini cukup lelet. Kemudian setelah sejenak main-main di sekitar Kalideres, penulis akan kembali naik bis yang sama dan saat sampai di Pancoran lagi sudah pukul 13:00 atau lebih :)
Serunya, jumlah penumpang akan
berkurang setelah Grogol dan penulis, kadang bersama 1-2 teman sekolah lainnya
dan adakalanya bertemu dengan para siswa dari sekolah lain yang memiliki ‘misi’
sama, dapat duduk santai kadang sembari tiduran di deck atas bis ini.
Sebuah pengalaman yang tak
terlupakan pastinya meskipun bukan juga menjadi pengalaman yang baik untuk
ditiru.
Dulu, penulis melakukan hal ini
karena terus terang sangat takut dengan 1 guru yang sangat galak sehingga
seringkali bila satu hari itu ada jam pelajarannya, penulis lebih suka tidak
masuk sekolah.
Tetapi hal ini ternyata membuat
penulis yang kini berprofesi sebagai pengajar meskipun berbeda scope, dapat
bersikap lebih bijak kepada para siswa penulis. Tentu saja ketegasan dan
disiplin itu harus tetapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif tentunya.
Singkat cerita, setelah sekian
lama tak menaiki bis tingkat layaknya mereka yang ada di London itu , pada hari terakhir
Ramadhan lalu, penulis dapat kembali menaikinya dan merasakan sensasi bis
tingkat, malah dengan armada bis yang lebih nyaman dan ber-AC. Gratis lagi
Ya, pemerintah DKI memang
menyediakan armada bis tingkat ‘Mpok Siti’ yang bertuliskan city tour yang khusus
membawa kita melewati kawasan Monas, Hotel Indonesia, Museum Nasional, Veteran,
Pasar Baru, Pecenongan, Mesjid Istiqlal, Balaikota dan Sarinah.
Sehingga, jadilah penulis ketika
itu menikmati kembali sensasi naik bis tingkat sembari ngabuburit menunggu
waktu berbuka puasa :)
Image: Liataja.com
Comments
Posting Komentar