Minggu, 19 November 2017

Naik Bis Tingkat di Ibu Kota pada Zaman Old & Zaman Now

Naik Bis Tingkat di Ibu Kota pada Zaman Old & Zaman Now

Naik Bis Tingkat di Ibu Kota pada Zaman Old & Zaman Now
Minggu, 19 November 2017


Penulis tidak tahu persis kapan bis tingkat yang dulu dioperasikan PPD (Peroesahaan Pengangkoetan Djakarta) ini terakhir beroperasi di jalan-jalan ibukota. Seingat penulis, menjelang medio 1990-an, sejumlah bis tersebut, meski dapat dihitung dengan jari tangan, masih berlalu-lalang di sebagian jalanan ibu kota yaitu jurusan Tanjung Priuk – Cililitan dengan nomor trayek 43 dan yang kedua adalah trayek 46 A dengan jurusan Kalideres – Cililitan.  


Untuk jurusan yang kedua, penulis memiliki kisah ‘melegenda’ yang kadang bila mengingatnya jadi suka malu sendiri. Barangkali sebagian pembaca ada yang menganggapnya sebagai aib. 

Di masa penulis masih menjadi siswa SMP dulu, penulis kadang-kadang membolos (istilah familiar masa itu adalah madol) dan karena tak mungkin pulang ke rumah karena masih jam pelajaran sekolah, penulis seringkali mencari bis yang melewati rute sejauh mungkin dan itu ada pada bis tingkat PPD 46 A jurusan Cililitan - Kalideres itu. 

Kenapa mesti bis dengan rute sejauh mungkin? Ya, agar waktunya cepat berjalan. Bayangkan, penulis yang biasanya naik dari kawasan Wimo Pancoran ini membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk dapat sampai ke Kalideres, apalagi laju bis tingkat ini cukup lelet. Kemudian setelah sejenak main-main di sekitar Kalideres, penulis akan kembali naik bis yang sama dan saat sampai di Pancoran lagi sudah pukul 13:00 atau lebih :)

Serunya, jumlah penumpang akan berkurang setelah Grogol dan penulis, kadang bersama 1-2 teman sekolah lainnya dan adakalanya bertemu dengan para siswa dari sekolah lain yang memiliki ‘misi’ sama, dapat duduk santai kadang sembari tiduran di deck atas bis ini. 

Sebuah pengalaman yang tak terlupakan pastinya meskipun bukan juga menjadi pengalaman yang baik untuk ditiru. 

Dulu, penulis melakukan hal ini karena terus terang sangat takut dengan 1 guru yang sangat galak sehingga seringkali bila satu hari itu ada jam pelajarannya, penulis lebih suka tidak masuk sekolah.  

Tetapi hal ini ternyata membuat penulis yang kini berprofesi sebagai pengajar meskipun berbeda scope, dapat bersikap lebih bijak kepada para siswa penulis. Tentu saja ketegasan dan disiplin itu harus tetapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif tentunya.

Singkat cerita, setelah sekian lama tak menaiki bis tingkat layaknya mereka yang ada di London itu , pada hari terakhir Ramadhan lalu, penulis dapat kembali menaikinya dan merasakan sensasi bis tingkat, malah dengan armada bis yang lebih nyaman dan ber-AC. Gratis lagi 


Ya, pemerintah DKI memang menyediakan armada bis tingkat ‘Mpok Siti’ yang bertuliskan city tour yang khusus membawa kita melewati kawasan Monas, Hotel Indonesia, Museum Nasional, Veteran, Pasar Baru, Pecenongan, Mesjid Istiqlal, Balaikota dan Sarinah.  




Sehingga, jadilah penulis ketika itu menikmati kembali sensasi naik bis tingkat sembari ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa :)

Image: Liataja.com



Naik Bis Tingkat di Ibu Kota pada Zaman Old & Zaman Now
4/ 5
Oleh

Comments