Asal-usul Jatinegara
Sebuah foto karya Woodbury &
Page yang diabadikan pada tahun 1885 di Wilayah Mesteer atau Jatinegara sekarang
Di Jatinegara kita kan berpisah
Berilah nama, alamat serta
Sampai lusa kita kan berjumpa pula …
Sebuah tembang lawas yang berjudul Juwita Malam yang pernah dipopulerkan
oleh mendiang Krisbiantoro dan beberapa penyanyi lainnya karena memang terdiri
dari beberapa versi ini penulis ambil sebagai pembuka tulisan pada post berikut
ini tentang asal-usul Jatinegara.
Syahdan … Tersebutlah seorang guru Agama Kristen yang
berasal dari Banda Maluku bernama Cornelis Senen pada tahun 1661 membeli tanah
di daerah aliran Sungai Ciliwung yang di kemudian hari disebut dengan daerah
Mesteer Cornelis atau Jatinegara.
Sejak Jalan Raya Daendels dibangun, tanah yang
dimiliki oleh Cornelis secara pribadi tersebut berkembang pesat hingga menjelma
menjadi sebuah pemukiman dan pasar yang ramai.
Cornelis selanjutnya memperoleh gelar Mesteer karena
kedudukannya sebagai seorang guru dan kepala kampung yang menjadi nama awal
kawasan yang tak bisa dilepaskan dari sejarah kota
Batavia di masa kolonial tempo dulu seperti yang
dijelaskan dalam buku berjudul “212 Asal-usul Djakarta
Tempo Doeloe” yang ditulis oleh Zaenuddin HM yang diterbitkan oleh Ufuk Press
pada Oktober 2012.
Kawasan Meester Cornelis pada abad ke-19 belum
termasuk sebagai wilayah dalam kota Batavia kecuali hanya menjadi sebuah kota
satelit (gemeente) Batavia terkemuka dan menjadi ibu kota dari kawedanan Jatinegara yang mencakup Bekasi,
Cikarang, Matraman, dan Kebayoran.
Namun per 1 Januari 1936, pemerintah kolonial memutuskan
untuk memasukkan wilayah Meester ke dalam bagian kota
Batavia.
Kemudian menyusul disingkirkannya Belanda oleh Jepang pada 1942, Jepang yang mengklaim diri sebagai saudara
tua Indonesia
sebagai propaganda untuk menguasai Indonesia ini menganggap nama Meester terlalu bernuansa Belanda sehingga mereka memilih
menyebutnya sebagai Jatinegara yang sebenarnya berasal dari frasa Jatina Nagara
yang memiliki makna simbolik perlawanan Kesultanan Banten terhadap pemerintah kolonial
Belanda.
Pada abad ke-17, Jatinegara memang merupakan sebuah
pemukiman yang dihuni oleh para pengeran Kesultanan Banten.
Kini Jatinegara telah menjadi sebuah kecamatan di
Wilayah Kotamadya Jakarta Timur yang menjadi salah satu titik penting di ibukota
yang ditandai dengan keberadaan Pasar Regional Jatinegara, Stasiun Jatinegara dan Terminal Kampung
Melayu.
Sumber:
luk.staff.ugm.ac.id
kabar24.bisnis.com
image:
commons.wikimedia.org
Comments
Posting Komentar